Senin, 26 Juli 2010

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan limpahan Karunia, Rahmat serta Hidayah – Nya laporan Praktik Kerja Lapang ini dapat terselesaikan sesuai dengan apa yang diharapkan
Laporan ini dibuat berdasarkan Praktik Kerja Lapang yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara XIII yang berdasarkan petunjuk buku Praktik Kerja Lapang dari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda serta dengan bimbingan Dosen pembimbing.
Ucapan Terima Kasih yang sebesar – besarnya penulis ucapkan kepada pihak – pihak yang berperan besar terhadap tersusunnya laporan ini antara lain :
1. Ayah dan Ibu, anak dan istri tercinta serta Nenek (Almh) beserta semua keluarga besar yang telah memberikan do’a, dukungan, bantuan dan restunya.
2. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian negeri Samarinda.
3. Bapak Edy Wibowo Kurniawan, S.T.P, selaku ketua Program Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP)
4. Bapak Mujibu Rahman,S.T.P.,Msi. selaku Dosen Pembimbing Praktek Kerja Lapang
5. Ibu Ernita Obeth,SP,.M.Agribuss selaku Dosen Penguji Praktek Kerja Lapang.
6. Bapak dan Ibu Dosen dan Teknisi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan (TPHP).
7. Bapak Anang Chairul K selaku General Manajer Distrik PT. Perkebunan Nusantara XIII
8. Bapak Hendrik selaku Humas Distrik PT. Perkebunan Nusantara XIII
9. Bapak dan Ibu Staff kantor Distrik PT. Perkebunan Nusantara XIII
10. Bapak Bambang Heriawan selaku Manajer Perkebunana Tabara PT. Perkebunan Nusantara XIII
11. Bapak Sudibyo selaku Mandor I Afdeling I Beringin Perkebunan Tabara sekaligus sebagai pembimbing PKL di kebun
12. Bapak Syamsul selaku krani angkut di Afdeling I Beringin Perkebunan Tabara
13. Bapak – bapak Staff kantor Afdeling I Beringin Perkebunan Tabara
14. Bapak Djohariyanto selaku Manajer di Pabrik Samuntai
15. Bapak Haris Siregar selaku mandor laboratorium, pengolahan minyak dan inti, dan pengolahan limbah di Pabrik Samuntai sekaligus sebagai pembimbing PKL di Pabrik Minyak Sawit Samuntai (PASAM)
16. Bapak Jhonklin Pasaribu selaku Asisten Pengolahan di Pabrik Samuntai
17. Bapak Zaini selaku asisten PML di Pabrik Samuntai
18. Bapak Widodo dan Bapak Pohan selaku Kepala Laboratorium Pengolahan di Pabrik Samuntai
19. Bapak Rahmansyah dan Bapak Sruri selaku Pegawai Laboratorium di Pabrik Samuntai
20. Seluruh Karyawan Pabrik dan Staff Kantor di Pabrik Samuntai
21. Bapak dan Ibu warga Tritura Samuntai Rt 12 dan 13 yang telah menerima penulis dengan sangat baik
22. Bapak Sukono selaku Ketua RT, Keluarga Bang Iwan dan Bang Rahman yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materiil.
23. Teman – teman magang dari SMK N 022 PPU.
24. Teman – teman PKL (Samsuni, Febriyanto, Rusli dan Syauni Arsyad) dan teman – teman angkatan 2007, terima kasih atas bantuan dan dukungan serta motivasi kepada penulis
25. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam pelaksanaan PKL sampai selesainya laporan ini.
Dalam penyajian bahasan pada laporan ini tentu belum lengkap. Untuk melengkapi dan perbaikannya pada waktu yang akan datang, penulis mengharapkan saran dan kritikan serta gagasan yang bersifat korektif dan membangun dari para pembaca.
Akhir kata saya selaku penyusun laporan mengucapkan terima kasih terhadap perhatian dan pengertiannya, semoga bermanfaat untuk dijadikan acuan pada laporan yang akan datang, Amin.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Praktek Kerja Lapang 3
C. Hasil Yang Diharapkan 3

II. TINJAUAN PISTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan 5
A. 1. visi perusahaan 5
A. 2. misi perusahaan 6
A. 3. values perusahaan 6
B. Tinjauan Umum Tentang Kebun Tabara PTPN. XIII 6
C. Tinjauan Umum Tentang Pabrik Minyak Sawit Samuntai 8
C.1. Kebijakan Mutu 9
C.2. Sasaran Mutu 10
D. Waktu Dan Tempat Praktek Kerja Lapang 11

III. RANGKAIAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG
1. Pengolahan Minyak Sawit 12
A. Pemanenan 12
B. Transfortasi Buah 17
C. Penerimaan Buah Dan Sortasi 20
D. Perebusan Buah 22
E. Penebahan Buah 24
F. Pelumatan Buah 27
G. Ekstraksi Buah 29
H. Pemurnian Minyak 31

2. Pengolahan Inti Sawit 34
A. Pemisahan Biji Dengan Ampas 34
B. Pemeraman 36
C. Pemisahan Inti Dengan Cangkang 37
D. Penyimpanan dan Pengemasan Inti 38


3. Pengolahan Limbah Pabrik Sawit 40
A. Pengolahan Limbah Padat 40
B. Pengolahan Limbah Cair 42

4. Analisa Minyak Sawit 45
A. Pengambilan Contoh 45
B. Pengujian 46

5. Analisis Inti Sawit 53
A. Pengambilan Contoh 53
B. Pengujian 54

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 58
B. Saran 60

DAFTAR PUSTAKA 62



















DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 01 : Luas Areal Kebun Plasma 7
Tabel 02 : Luas Areal Kebun KKPA 8
Tabel 03 : Kaitan Antara Umur Tanaman dengan Jumlah
Berondolan 13
Tabel 04 : Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan
dan Jumlah Berondolan 13






















DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 01 : Grafik Sistem 3 Puncak (Triple Peak System) 24



























DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 01 : Struktur Organisasi PTP. Nusantara XIII 63
Lampiran 02 : Struktur Organisasi Kantor Distrik KALTIM 64
Lampiran 03 : Struktur Organisasi Kebun Tabara 65
Lampiran 04 : Struktur Organisasi Pabrik Samuntai 66
Lampiran 05 : Struktur Organisasi Tiap Afdeling di Perkebunan
Tabara PTP. Nusantara XIII 67
Gambar 01 : Kebun Tabar PT. Perkebunan Nusantara XIII(Persero) 68
Gambar 02 : Pabrik Minyak Sawit Samuntai (PASAM)
PTP. N XIII (Persero) 69
Gambar 03 : Panen Kelapa Sawit 69
Gambar 04 : Buah Yang Telah Dipanen 70
Gambar 05 : Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) 70
Gambar 06 : Pengangkutan Hasil Panen Dengan Truk 71
Gambar 07 : Pengantrian Mobil Pengangkut Kepabrik Pengolahan 71
Gambar 08 : Penimbangan Muatan Buah 72
Gambar 09 : Pembongkaran Muatan Di Loading Ramp 72
Gambar 10 : Sortasi Buah Yang Bersamaan Dengan SaatBongkar
Muatan 73
Gambar 11 : Proses Pemasukan Buah Kedalam Lori Perebusan 73
Gambar 12 : Proses Memasukkan Lori Berisi Buah Kedalam Ketel . Perebusan (Sterilizer) 74
Gambar 13 : Ketel Perebusan (Sterilizer) Tampak Samping 74
Gambar 14 : Ketel Perebusan (Sterilizer) Tampak Atas 75
Gambar 15 : Pengangkatan Lori Menggunakan Hosting Crane 75
Gambar 16 : Proses Penumpahan TBR ke dalam Auto Fedder 76
Gambar 17 : Stasiun Penebah Terdiri dari Thresser, Auto Fedder
dan inclined conveyor/screw conveyor 76
Gambar 18 : Inclined Conveyor/Screw Conveyor dan incenerator 77
Gambar 19 : Digester dan Screw Press Untuk Melumat
Dan Memisahkan Buah 77
Gambar 20 : Screew Press Untuk Memisahkan Antara Minyak Kasar
Dengan Ampas dan Biji 78
Gambar 21 : CBC (Cake Braker Conveyor) Depericarper, Fiber
Cyclone, Blower, Polishing Drum, Ripple Mill. 78
Gambar 22 : Desanding Tank / Sand Trap dan Vibro Energizer
Menampung minyak dan Menyaring Minyak Kasar 79
Gambar 23 : Vibro Energizer untuk menyaring minyak kasar 79
Gambar 24 : Desanding Tank / Sand Trap dan Vibro Energizer
Tampak Samping 80
Gambar 25 : CST (Continous Settling Tank) di Stasiun Klarifikasi 80
Gambar 26 : (1) Sludge Oil Tank; (2) Oil Tank; (3) Sludge Separator. 81
Gambar 27 : Sludge Oil Recovery untuk mengutip minyak tersisa
dari Sta. Klarifikasi 81
Gambar 28 : Deoling Pond untuk proses pengutipan minyak 82
Gambar 29 : Kolam Pengutipan Minyak Untuk Yang Terakhir Kali 83
Gambar 30 : Proses Pembersihan Lumpur Dari Bak Pengutipan
Minyak Di Kolam Pengutipan Minyak 84
Gambar 31 : kolam anaerobic I 84
Gambar 32 : kolam anaerobic IA 85
Gambar 33 : kolam anaerobic IB 85
Gambar 34 : kolam anaerobic II 86
Gambar 35 : kolam sekunder / aerasi / kolam aerator dan kolam
Final Pond 86
Gambar 36 : Skema Proses Pengolahan Buah Sawit
PTP. N XIII (Persero) 87
Gambar 37 : Skema Proses Pengolahan Minyak / Oil 88
Gambar 38 : Skema Proses Pengolahan Biji Kernel Sawit 89
Gambar 39 : Sistem Pengolahan Air Limbah Pabrik Kelapa Sawit
Samuntai (Pasam) 90

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semula tanaman sawit (Elaeis guinensis Jacg) hanya diusahakan oleh perkebunan besar di Indonesia. Sejak Tahun 1977–1978 pemerintah Indonesia bertekad mengubah situasi tersebut dengan mengembangkan pola perkebunan rakyat melalui sistem PIRBUN (Perusahaan Inti Rakyat Perkebunan) perusahaan besar sebagai ‘inti’ berfungsi memberikan alih teknologi kepada perkebunan rakyat di sekitarnya yang berkedudukan sebagai kebun ‘plasma’.
Petani plasma berkewajiban menjual seluruh hasil kebun plasma kepada perusahaan inti. Sejak adanya pola PIRBUN maka komposisi pengusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia berubah dengan cepat. Luas perkebunan rakyat tumbuh dengan kecepatan 50,2 % sedangkan perkebunan negara 9,5 % dan perkebunan swasta 9,2 %. (Soetrisno Loekman dan Winahyu, 1991, dalam Risza 2004).
Pengembangan perkebunan rakyat secara cepat ini merupakan salah satu tujuan pemerintah, karena disamping untuk menghasilkan devisa negara juga untuk memperluas kesempatan kerja sekaligus juga untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacg) di Indonesia dewasa ini merupakan komoditas primadona, luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar negara atau perkebunan swasta. Perkebunan sawit yang semula hanya di Sumatra Utara dan Daerah Istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa Provinsi antara lain, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, dan Jawa Barat.
Perkebunan kelapa sawit membutuhkan penanganan dan pengelolaan yang baik, dan memerlukan teknologi tinggi dalam upaya meningkatkan produktivitas. Dengan cara demikian tujuan pemerintah untuk menjadikan minyak sawit sebagai salah satu industri non migas yang handal di negara kita tentu akan terwujud. Minyak atau lemak merupakan kebutuhan pokok manusia sehari-hari yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau hewan. Minyak yang berasal dari hewan disebut minyak hewani sedangkan yang berasal dari tumbuhan disebut nabati. Kelapa sawit merupakan salah satu tumbuhan yang dapat tumbuh subur di daerah tropis. Daging buah (mesocarp) kelapa sawit dapat menghasilkan minyak bila diolah.
Pabrik pengolahan minyak sawit selain menghasilkan produk utama berupa minyak sawit CPO, juga menghasilkan produk sampingan berupa biji inti sawit (kernel). Selain itu juga menghasilkan limbah baik padat (abu, cangkang serta padatan lain), cair (minyak dan air), serta limbah gas, dan fraksional hasil pengolahan tandan buah segar (TBS).
Mutu minyak sawit CPO ditentukan beberapa hal antara lain adalah: panen, pengangkutan, pengolahan, dan penimbunan (penyimpanan) oleh karena itu untuk meningkatkan hasil pengolahan dengan kriteria panen dan cara panen yang memenuhi standar kematangan buah. Anonim. (2006)

B. Tujuan Praktek Kerja Lapang
Kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini bertujuan untuk:
1. Membandingkan antara teori yang diberikan di kampus dengan praktek langsung di lapangan,
2. Mengetahui cara pengolahan buah sawit menjadi minyak CPO dan kernel
3. Menambah pengetahuan tentang tata cara pengolahan buah sawit menjadi CPO dan kernel
C. Hasil Yang Diharapkan
1. Memberi tambahan wawasan pengetahuan bagi mahasiswa tentang cara pengolahan kelapa sawit hingga menjadi CPO dan kernel sesuai dengan Standar Nasional.
2. Setelah melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan dan mempresentasikan hasil kegiatan yang dilakukan baik pada saat di lokasi pabrik kelapa sawit (PKS), selain itu mahasiswa diharapkan dapat menjalin jaringan komunikasi yang baik kepada pihak perusahaan.
3. Mahasiswa dapat melaporkan situasi perkembangan manajemen perusahaan tempat dimana PKL dilakukan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 Tahun 1996 Tanggal 14 Pebruari 1996 tentang penyertaan modal Negara RI untuk pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara XIII (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 24) dan bergerak dibidang agribisnis dengan komoditi Kelapa sawit dan Karet. Akta Notaris Harun kamil, SH No. 46 Tanggal 22 Juli 1996 tentang pendirian perusahaan perseroan (Persero) PT. Perkebunan Nusantara XIII. Berita Acara Serah Terima Asset dan Personil Direksi PT. Perkebunan Nusantara IV, VIII, IX, XI, dan XII (Persero) kepada Direksi PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Tanggal 22 April 1996 di Pontianak. PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) wilayahnya meliputi Propinsi Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur, dimana PMS Rimba Belian adalah salah satu unit usaha yang terletak di wilayah Kalimantan Barat.
1. Visi Perusahaan
Menjadikan PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) sebagai perusahaan Agribisnis berbasis pengetahuan (Knowledge Company) dengan standar kelas dunia.

2. Misi Perusahaan
Menghasilkan Produk dan Jasa Agribisnis dalam bidang Kelapa Sawit, Karet dan Produk Turunannya yang mampu bersaing di Pasar Global serta bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar.
3. Values Perusahaan
a) Kami menomorsatukan Etika Bisnis
b) Kami selalu menghasilkan Produk Berkualitas
c) Kami menghargai dan Menjunjung Tinggi Integritas
B. Tinjauan Umum Tentang Perkebunan Tabara PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero)
Kebun Tabara merupakan bagian dari PTPN. XIII (Persero) yang didirikan sejak Tanggal 11 Maret 1996 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1996 dengan Akte Notaris Harun Kamil, S.H. Nomor 46 Tanggal 11 Maret 1996 yang merupakan hasil pengembangan 8 PTP yang ada di Pulau Kalimantan yaitu : PTP VI, VII, XII, XVIII XXIV, XXV, XXVI, DAN XXIX yang terbesar di 4 Provinsi (Anonim. 2009).
Kebun Tabara yang luasnya 17. 757 Ha terdiri dari :
Kebun Inti : 6.485 Ha
Kebun Plasma : 9.146 Ha
Kebun KKPA : 2.126 Ha
Lahan yang diamati adalah Afdeling 1 Beringin dengan luas 822 Ha, dan terdiri dari 6 kadveld dan dari 6 kadveld terdiri dari 37 blok. Dengan jumlah lahan yang belum menghasilkan (TBM) sebanyak 13 blok dengan luas areal sebesar 200 Ha, sedangkan jumlah lahan yang menghasilkan (TM) sebanyak 26 blok dengan luas lahan sebesar 622 Ha, maka total keseluruhan lahan 822 Ha dengan rata – rata Tahun Tanam 1986.
C. Tinjauan Umum Tentang Pabrik Minyak Sawit Samuntai (Pasam)
Pabrik Minyak Sawit (PMS) Samuntai memiliki kapasitas design 60 ton TBS/jam dan dibangun diatas tanah seluas 9,2 Ha yang lokasinya terletak di :
Desa : Samuntai
Kecamatan : Long Ikis
Kabupaten : Penajam Pasir Utara
Produk yang dihasilkan adalah Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit dengan produksi 53.780.283 Ton CPO/tahun dan 7.854.307 Ton Inti Sawit/tahun serta dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
1. Kebijakan Mutu
a) Manajemen bertujuan menghasilkan Minyak Sawit (CPO) dan Inti Sawit yang memenuhi Spesifikasi Teknis SNI 01-2901-1992 (CPO) dan SNI 01-0002-1987 (Inti Sawit) serta persyaratan pelanggan.
b) Untuk hal diatas manajemen menerapkan SMM ISO 9001 : 2000.
c) Manajemen benar-benar menerapkan SMM yang diberlakukan, dipelihara, dan dikembangkan agar dapat selalu menampung perkembangan SMM dan kemajuan teknologi, serta melakukan Tinjauan Manajemen pada SMM dan Kebijakan Mutu secara periodik.
d) Meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia dengan kompetensi tinggi untuk kelancaran pelaksanaan tugas.
2. Sasaran Mutu
a) Umum
Manajemen berusaha memperbaiki kinerja pabrik secara keseluruhan dari kapasitas olah, mutu produk sampai pengolahan limbah dan SDM.
b) Tercapainya kapasitas kualitas hasil olahan :
CPO : ALB ≤ 3.5 %, Kadar Air ≤ 0,15 %, Kadar Kotoran ≤ 0,02 %.
Kernel : Kadar Air = 7 %, Kadar Kotoran ≤ 6 %, ALB ≤ 2 %.
c) Tercapainya Kapasitas Pabrik secara terus menerus pada tingkat ≥ 90 % dari kapasitas terpasang.
d) Tercapainya Losses CPO ≤ 1,65 % dan Inti Sawit ≤ 0,60 %.
e) Tercapainya biaya olah/Kg Minyak+Inti sebesar Rp. 433,11 (termasuk biaya penyusutan).
f) Terwujudnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada tingkat “Zero Accident “.
g) Mutu Limbah : BOD 100 ppm, COD 350 ppm, TSS 250 ppm, Lemak 25 ppm, Nitrogen 50 ppm, pH 6,0 – 9,0.


D. Waktu dan Tempat Praktek Kerja Lapang
Program Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan di PT. Perkebunan Nusantara XIII (PERSERO), terhitung mulai Tanggal 1 Maret 2010 sampai Tanggal 20 April 2010. Praktek Kerja Lapang dimulai di Pabrik Kelapa Sawit Samuntai (Pasam) pada Tanggal 1 Maret 2010 Sampai dengan 10 April 2010 dan pada Tanggal 11 April 2010 sampai Tanggal 15 April 2010 Praktek Kerja Lapang dilakukan di PT. Tabara Samuntai.

BAB III. RANGKAIAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANG

A. Pengolahan Minyak Sawit
Pengolahah minyak kelapa sawit di PTP. Nusantara XIII (Persero) meliputi beberapa proses pengolahan antara lain :
1. Pemanenan.
a) Tujuan
1. Mengetahui cara panen dan penggunaan alat,
2. Mengetahui kriteria panen dan standar TBS,
3. Mengetahui sistem pemanenan.
b) Dasar teori
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen di tentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan Asam Lemak Bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal (Fauzi. dkk, 2008).
Pemanenan yang dilakukan sesuai prosedur merupakan kunci sukses perusahaan, dimana kegiatan pemanenan adalah untuk mengetahui keadaan buah, persentase produksi, dan kondisi CPO yang akan dihasilkan sesuai anggaran yang sudah direncanakan (Pahan. 2000).

Pemanenan dilakukan di kebun TABARA dengan menilik hasil pengamatan berdasarkan fraksi buah/ tingkat kematangan buah. TBS dapat dipanen apabila telah memenuhi kriteria yaitu fraksi 1, 2 dan 3. Dasar kriteria ini dapat dilihat pada tabel 03.
Tabel 03 : Kaitan Antara Umur Tanaman dengan Jumlah Berondolan.
Umur Tanaman Menghasilkan Jumlah Brondolan di Piringan
< 10 Tahun 5
≥ 10 Tahun 10
Sumber : Riska 2004
Perbandingan persentase jumlah berondolan tiap fraksi dapat dilihat pada tabel 04 berikut ini :
Tabel 04: Hubungan Antara Fraksi TBS, Derajat Kematangan, dan Jumlah Berondolan.
Fraksi Derajat Kematangan Jumlah Berondolan
00 Sangat Mentah Berondolan 0, buah masih hitam
0 Mentah Berondolan 1% – 12,5% buah luar
1 Kurang Matang Berondolan 12,5% – 25% permukaan luar
2 Matang I Berondolan 25% – 50% permukaan luar
3 Matang II Berondolan 50% – 75% permukaan luar
4 Lewat Matang I Berondolan 75% – 100%
5 Lewat Matang II Buah dalam ikut memberondol
6 Tandan Kosong Semua buah membrondol, busuk







Sumber : Riska 2004

Sumber : Riska 2004
Kriteria matang panen untuk mengetahui banyaknya minyak dalam tiap tandan buah kelapa sawit dan juga untuk mengetahui kualitas buahnya maka perlu diketahui keadaan TBS yang masuk kepabrik.
Untuk keperluan ini maka diperlukan sortasi sesuai dengan kriteria panen yang dibagi dalam delapan fraksi:
1) Fraksi 00 - Sangat Mentah
Tidak ada buah yang lepas dari tandan atau membrondol dan buah sawit masih berwarna hitam.
2) Fraksi 0 – Mentah
Untuk tandan yang beratnya 10 kg jumlah buah yang membrondol kurang dari 10 brondolan, sedangkan tandan yang beratnya dibawah 10 kg jumlah buah yang membrondol kurang dari 5 brondolan.
3) Fraksi 1 – Kurang Matang
Untuk tandan yang beratnya lebih dari 10 kg jumlah buah yang membrondol lebih 10 brondolan sampai 25% brondolan buah lapisan luar, sedang tandan yang beratnya 10 kg jumlah buah yang membrondol 5 brondolan sampai 25% brondolan buah lapisan luar.
4) Fraksi 2 – Matang I
25 – 50 % buah lapis dan luar telah membrondol.
5) Fraksi 3 – Matang II
50 – 75 % buah lapisan luar telah membrondol.
6) Fraksi 4 – Lewat Matang I
75 – 100 % buah lapisan luar telah membrondol.
7) Fraksi 5 – Lewat Matang II
Buah dalam sudah ada yang ikut membrondol.
8) Fraksi 6 – Tandan Kosong
Buah telah habis memberondol sehingga hanya tersisa tandan yang telah membusuk.
c) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada proses pemanenan adalah dodos, kapak siam, egrek (arit bergagang panjang), sedangkan bahan yang digunakan adalah Tandan Buah Segar (TBS).
d) Prosedur Kerja
1. Mengamati buah berdasarkan fraksi,
2. Membersihkan pelepah-pelepah yang terdapat dibawah TBS,
3. Memanen TBS dengan menggunakan eggrek,
4. Meratakan pangkal tangkai TBS,
5. Mengumpulkan TBS di Tempat Pengumpulan Hasil (TPH),
6. Buah siap diangkut.
e) Hasil yang dicapai
Pada umumnya alat yang digunakan dalam proses pemanenan adalah dodos yang biasanya dilakukan untuk pohon sawit yang mempunyai ketinggian rata–rata 2 – 5 meter dipanen dengan cara jongkok, sedangkan tanaman yang memiliki ketinggian 5 – 10 meter dipanen dengan cara berdiri alat yang digunakan dalam proses ini adalah kapak siam, sementara untuk tanaman yang memiliki ketinggian rata-rata diatas 10 meter menggunakan alat egrek/arit bergagang panjang. Untuk alat yang digunakan PTP. Nusantara XIII adalah egrek alasannya karena tinggi tanaman yang ada di PTP. Nusantara XIII memiliki ketinggian lebih dari 10 meter.
Di PTP. Nusantara XIII farksi buahyang masuk kriteria panen adalah fraksi I, II, dan III. Adapun fraksi 00, 0, IV, V, dan VI tidak masuk kategeri yang dipanen karena akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas yang dihasilkan.
Di PTP. Nusantara XIII pada umumnya menggunakan sistem 5/7 dan 6/7 dengan rotasi 7 hari yang artinya :
5/7 = panen dilaksanakan selama 5 (lima) hari dalam satu minggu per kadvelt.
6/7 = panen dilaksanakan selama 6 (enam) hari dalam satu minggu per kadvelt.
Di PTP. Nusantara XIII dilakukan ancak panen sehari sebelum di lakukan panen. Ancak panen dapat ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
1. Penentuan ancak panen didasarkan pada kondisi topografi lapangan,
2. Areal berbukit dan rendahan dilaksanakan dengan sistem ancak giring,
3. Areal datar dilaksanakan dengan sistem ancak tetap/ladang,
4. Persentase panen yang dilaksanakan selama 5/6 hari dalam 7 hari,
5. Apabila pemanenan pada suatu kapel belum selesai dalam sistem 5/7 dan 6/7 maka akan diteruskan pada hari libur/minggu dengan syarat upah premi murni.
2. Transportasi Buah.
a) Tujuan
1. Mengangkut buah hasil panen dari kebun menuju pabrik
2. Melakukan penimbangan berat TBS.
b) Dasar teori
Buah yang telah di panen harus segera dikumpulkan dan diangkut ke TPH yang terdekat. Tandan–tandan tersebut disusun rapi di TPH dan kemudian diangkut mobil ke pabrik. Truk mulai mengangkut TBS sekitar jam 09.00 pagi ke pabrik, semakin dekat lokasi dengan pabrik maka akan semakin cepat pula mobil tersebut sampai kepabrik.
Menurut Setyamidjaja (2003), buah kelapa sawit hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik, agar segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas/ALB (free fatty acid) tinggi.
Pengangkutan dari kebun kepabrik berpengaruh terhadap mutu TBS yang diterima pabrik. Buah kelapa awit hasil pemanenan harus segera diangkut kepabrik, agar segera dapat diolah, buah yang tidak segar jika diolah akan menghasilkan minyak dengan kadar ALB tinggi. Untuk menghindari terbentuknya ALB pengolahan akan segera dilakukan paling lambat 8 jam setelah pemanenan. ALB pada kelapa sawit diakibatkan oleh kegitan enzim lipase yang biasanya terjadi sebelum pemprosesan buah dilaksanakan. Buah kelapa sawit mengandung enzim lipase yang sangat aktif yang dapat memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol bilamana struktur buah matang tersebut rusak.
Buah kelapa sawit yang sudah matang dan segar mengandung 0,1 % asam lemak. Tetapi buah – buahanhpecah atau memar dapat mengandung ALB sampai 50%, hanya dalam beberapa jam saja. Bahkan apabila buah dibiarkan begitu saja tanpa perlakuan khusus, dalam 24 jam kandungan ALB dapat mencapai 67 %. Untuk membatasi terbentuknya ALB buah kelapa sawit harus segera dipanasi dengan suhu 90oC – 100oC sebelum pelepasan daging buah. Dengan cara ini asam lemak yang terbentuk akan sedikit saja.




c) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses transportasi adalah Truk, mobil Pick Up dan Gancu.
d) Prosedur Kerja
1. Mengangkat TBS yang telah dikumpulkan di TPH ke truk / Pick Up,
2. Membawa TBS ke pabrik pengolahan.
e) Hasil yang dicapai
Setelah buah selesai dipanen dan diangkut ke pinggir jalan angkut, maka truk / pick up yang bertugas mengangkut TBS langsung mengumpulkan TBS di jalur jalan angkut, untuk dibawa ke pabrik agar sesegera mungkin di olah di pabrik. Pengangkutan dilakukan dengan mobil truk dan pick up yang masing – masing berkapasitas 7 – 8 ton untuk truk, dan 1,5 – 2,5 ton untuk pick up.
Di pabrik sebelum buah di bongkar di loading ramp, truk pengangkut harus melalui proses penimbangan terlebih dahulu. Masalah yang di hadapi dalam proses pengangkutan adalah apabila keadaan cuaca yang buruk / terjadi hujan dan jalan / medan akan menjadi licin dan susah untuk dijangkau truk, di perkebunan TABARA untuk menanggulangi masalah ini di sediakan pick up untuk melangsir buah yang terdapat pada medan yang susah untuk di jangkau tersebut.

3. Penerimaan Buah dan Sortasi.
a) Tujuan
1. Menghitung berat/jumlah TBS yang masuk ke pabrik,
2. Mensortasi buah yang mentah, buah janjang kosong, buah kurang matang, dan buah kelewat matang.
b) Dasar Teori
Buah yang akan diproses harus memiliki tingkat kematangan buah yang cukup atau sesuai dengan standarnya. Sehingga apabila hasil grading tidak sesuai dengan standar tingkat kematangan buah yang diolah, maka pihak pabrik berhak memberikan peringatan terhadap pihak kebun, khususnya pemanen. (Olivia, 2006).
c) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses penerimaan dan sortasi buah adalah, Timbangan otomatis dengan kapasitas 30 ton, loading ramp, truk / pick up dan gancu, sedangkan bahan yang digunakan adalah TBS.
d) Prosedur Kerja
1. melakukan penimbangan pada truk / pick up yang berisi muatan TBS,
2. petugas melakukan sortasi pada saat yang bersamaan dengan pembingkaran TBS.
e) Hasil yang dicapai
Setelah truk pengangkut buah melalui proses penimbangan, maka buah akan di bongkar diloading ramp. Proses penimbangan akan menentukan berat/jumlah TBS yang terangkut ke Pabrik. Metode yang digunakan yaitu truk ditimbang dua kali pada saat masuk dan pada saat keluar. Berat pada penimbangan pertama (berat truk+berat TBS) dikurangi berat pada penimbangan kedua (berat truk kosong) sama dengan berat netto TBS.
Buah yang telah dibongkar langsung dilakukan sortasi pada waktu yang bersamaan dengan pembongkaran buah. Di Pabrik Samuntai (PASAM) terdapat 2 (dua) buah loading ramp, loading ramp bagian timur di khususkan untuk penimbunan buah dari kebun plasma, disini pada waktu pembongkaran buah langsung di sortasi oleh petugas sortasi, sementara untuk loading ramp bagian barat dikhususkan untuk penimbunan buah dari kebun inti, disini tidak lagi dilakukan sortasi karena buah telah di sortasi oleh krani muat pada waktu buah akan dimuat ke truk, kecuali yang terlewat dan terlihat oleh petugas.
4. Perebusan Buah.
a) Tujuan
1. Melunakkan dan memudahkan pelepasan buah,
2. Inaktifasi enzim,
3. Mengurangi kadar air.
b) Dasar Teori
Prosese perebusan dengan menggunakan uap (steam) adalah untuk merebus TBS dengan cara perpindahan panas. Perpindahan panas yang terjadi ada 2 peristiwa perpindahan yaitu perpindahan panas secara konveksi (dari uap ke brondolan), dan perpindahan panas secara konduksi yaitu panas atau kalor masuk kedalam kernel dan lapisan bawah dari TBS. (Olivia, 2006).
Sterilizer merupakan alat atau media perebusan TBS yang berbentuk tabung/slinderis dengan kapasitas tampung lori 4 buah atau sekitar 40 ton. Tabung Sterilizer terbuat dari plat timah, aluminium dan campuran seng steinlees, sehingga pada saat terjadi perbusan kemungkinan besar tidak akan terjadi kontaminasi dari tabung tersebut. (Pahan, 2000).
Lori-lori yang telah berisi TBS dimasukkan ke ketel perebusan dengan bantuan seperti loko, capstand, dan lier. TBS dipanaskan dengan uap air yang bertekanan 2,8-3 kg/cm2. Setiap ton TBS memerlukan ± 0,5 ton uap air yang dihasilkan oleh ketel uap. Tekanan uap harus berada antara 2,8-3 kg/cm2 dan lamanya perebusan berkisar 90 menit. Selanjutnya gunakan sistem perebusan triple peak. Pengawasan disini harus ketat karena jika tekanan uap tidak cukup maka persentase buah yang tidak lepas dari tandan akan tinggi. Isi satu ketel rebusan bermacam-macam, ada yang 4 untuk pabrik kecil dan ada yang 10 untuk pabrik besar (Risza, 2004).
c) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses perebusan adalah sterilizer (ketel perebusan), lori, gancu bergagang, mesin pancang, rantai besi, dan traktor mini. Sedangkan bahan yang digunakan adalah TBS dan steam / uap.
d) Prosedur Kerja
1. Mengisi lori dengan TBS,
2. Memasukkan lori kedalam ketel perebusan,
3. Mengeluarkan lori dari ketel perebusan,
4. Menarik lori untuk diteruskan ke stasiun penebah.
e) Hasil yang dicapai
TBS yang telah ditimbun di loading ramp dan telah melalui proses sortasi oleh petugas sortasi dimasukkan kedalam 12 buah lori yang berkapasitas 2.5 ton/lori, untuk selanjutnya di masukkan kedalam sterilizer / ketel perebusan untuk selanjutnya dilakukan proses perebusan. Di PASAM terdapat 3 (tiga) buah sterilizer, yang masing – masing mampu merebus sebanyak 12 buah lori sekali masuk. Perebusan dilakukan untuk melunakkan buah, mempermudah proses pelepasan buah dari tandan dan untuk menghentikan kerja enzim – enzim, serta untuk mengurangi kadar iar dalam buah. Perebusan dilakukan dengan sistem 3 ( tiga ) puncak (Triple Peak System) sebagai berikut :







Grafik 01 : Grafik Sistem 3 Puncak (Triple Peak System).
5. Penebahan Buah
a) Tujuan
1. Melepaskan buah dari janjangan,
2. Mempermudah proses pelumatan dan pengepresan.

b) Dasar Teori
Setelah proses perebusan buah (sterilisasi) segera dilakukan pelepas buah dari tandan dengan mesin perontok buah berupa bejana silinder (berputar 25-35 rpm).Pada proses ini kehilangan masih mungkin terjadi karena buah terbanting dalam mesin perontok buah dan mengeluarkan minyak yang dapat diserap oleh tandan kosong. Buah yang lepas di angkut ke stasiun penggilingan (digester) melalui fruit elevator. Sedangkan tandan kosong dibawa kekebun digunakan sebagai suplemen pupuk.
Threshing adalah proses pelepasan brondolan dari janjang atau tandannya dengan cara membanting TBS yang sudah direbus tersebut di dalam drum (slinder) yang berputar (thresher). Brondolan yang lepas akan lewat pada kisi-kisi thresher kemudian dibawa ke stasiun press oleh conveyor dengan bantuan elevator. Sedangkan janjang kosong akan dibawa ketempat pembuangan dengan bantuan Empty Bunch Conveyor (EBC). Putaran yang digunakan adalah 14 – 15 rpm. (Olivia, 2006).
Risza (2004), menjelaskan bahwa setelah perebusan, lori ditarik keluar, kemudian diangkut ke atas dengan hoisting crane. Dengan alat pengangkut ini lori yang berisi buah rebusan ini dibalikkan di atas mesin penebah (stripping) yang berfungsi melepaskan buah dari tandan. Buah yang lepas (berondolan) jatuh ke bawah dan melalui conveyor serta elevator dibawa menuju ketel adukan (digester).
c) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses penebahan buah adalah lori, hosting crane, autofedder, thresser, Conveyor Under Thresser (CUT), fruit elevator, conveyor thresse. Sedangkan bahan yang digunakan adalah TBR (Tandan Buah Rebus).
d) Prosedur Kerja
1. Mengangkat TBR menggunakan hosting crane,
2. Menumpahkan hosting crane auto fedder,
3. TBR akan terbawa dan terpisah antara buah dengan janjangan.
e) Hasil yang dicapai
TBS yang telah selesai di rebus dalam sterilizer selama 90 menit (TBR) di bawa ke stasiun penebah dengan menggunakan hosting crane untuk kemudian ditumpahkan di autofeeder untuk mendistribusikan TBR ke thresser, di thresser TBR di pisahkan antara buah dengan tandan kosong dengan menggunakan sistem bantingan. Untuk buah yang telah dipisahkan dari tandan langsung dibawa menggunakan Conveyor Under Thresser (CUT) dan kemudian diteruskan di fruit elevator untuk di bawa ke conveyor thresser di bagian atas untuk selanjutnya buah langsung masuk ke digester untuk proses pemisahan antara biji dengan mesocarp atau daging. Untuk tandan kosong, setelah pemisahan di thresser langsung di bawa ke incenerator dengan menggunakan inclined conveyor/screw conveyor.
6. Pelumatan buah.
a) Tujuan
1. Melumatkan brondolan / buah,
2. Mempermudah proses ekstraksi minyak.
b) Dasar Teori
Menurut Anonim (2004) Digester merupakan pengadukan brondolan dari Thresher sampai homogen. Screw Press merupakan pengepressan terhadap brondolan yang homogen untuk mendapatkan rendemen yang maksimal dan Nut yang pecah minimal.
Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak yang di dalamnya dipasang pisau – pisau pengaduk ( stirring arms ) sebanyak 6 tingkatan yang diikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. 5 tingkat pisau di bagian atas digunakan untuk mengaduk dan melumatkan sedangkan pisau bagian bawah disamping sebagai pengaduk juga digunakan untuk mendorong brondolan keluar dari digester.
Buah yang masuk ke dalam digester diaduk sedemikian rupa sehingga sebagian daging buah telah terlepas dari dagingnya. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas dengan suhu 90-95oC dengan menggunakan uap jenuh yang bertekanan 3 kg/cm2 yang diinjeksikan langsung atau dengan pemanasan mantel. Terhambatnya pengeluaran minyak akan menyebabkan minyak berfungsi sebagai pelumas pisau sehingga mengurangi efek pelumatan pisau digester.
Temperatur di dalam digester diusahakan jangan sampai 1000C karena minyak dan air akan bersatu membentuk emulsi yang akan menyulitkan pada proses pemisahan minyak nantinya (Siahaan ddk, 2007).
c) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses pelumatan buah adalah conveyor under thresser, bottom cross conveyor, fruit elevator, fruit distributing conveyor dan digester, sedangkan bahan yang digunakan adalah brondolan / buah rebus.
d) Prosedur Kerja
1. Buah dibawa oleh conveyor under thresser, dan dilanjutkan oleh bottom cross conveyor, lalu diteruskan oleh fruit elevator, serta fruit distributing conveyor,
2. Buah masuk kedalam digester untuk dilumat,
e) Hasil yang dicapai
Buah yang selesai dipisahkan dari tandan, langsung dibawa conveyor under thresser, yang kemudian dilanjutkan dengan menggunakan bottom cross conveyor dan kemudian dilanjutkan ke fruit elevator untuk dibawa oleh fruit distributing conveyor yang akan mendistribusikan buah ke stasiun kempa. Disini buah dimasukkan ke digester untuk dilakukan pencacahan / pelumatan buah dengan menggunakan pisau buah hingga terlepas antara daging dan biji, yang akan dibawa ke screw press untuk proses ekstraksi minyak. Pelumatan ini berfungsi untuk memudahkan keluarnya minyak pada proses ekstraksi.
7. Ekstraksi Minyak
a) Tujuan
1. Mengekstraksi minyak dari daging buah,
2. Memudahkan proses pemurnian minyak.
b) Dasar Teori
Menurut Setyamidjaja (2003), minyak yang keluar dari mesin pengepres mengandung 45% - 55% air, lumpur dan bahan – bahan lainnya. Minyak yang masih kasar ini kemudian dibawa ke tangki pemurnian atau tangki klarifikasi.
c) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak adalah screw press, Desanding tank / sand trap , Vibro Energizer, dan Crude Oil Tank (Tangki Sementara), dan bahan yang digunakan adalah daging buah.


d) Prosedur Kerja
1. Buah yang selesai dilumat di digester dibawa ke screw press,
2. Minyak kasar mengalir ke desanding tank / sand trap,
3. Minyak kasar disaring di vibro energizer,
4. Minyak ditampung di crude oil tank (tangki sementara).
e) Hasil yag dicapai
Setelah buah mengalami proses pelumatan (digester) buah langsung di transfer ke screw press untuk mengalami proses pengepresan. Disini daging buah yang telah di lumat akan dipisah antara minyak kasar dengan serat melalui proses pengepresan dengan menggunakan screw press yang telah terancang untuk mengepress daging buah tanpa memecahkan inti, di sini buah di press untuk memisahkan antara minyak kasar dengan ampas. Ampas dan biji kemudian di bawa oleh CBC (Cake Breaker Conveyor), untuk dilakukan proses pemisahan antara biji dengan ampas yang telah di press untuk di bawa ke blower (Defericarper). Untuk minyak kasar langsung di bawa ke Desanding tank / sand trap untuk di saring di Vibro Energizer, dan kemudian di tampung di Crude Oil Tank (Tangki Sementara).



8. Pemurnian Minyak
a) Tujuan
1. Memisahkan antara minyak dengan kotoran (lumpur, pasir, dan air),
2. Memurnikan minyak.
b) Dasar Teori
Risza (2004), menuliskan bahwa melalui stasiun terakhir ini minyak dimurnikan secara bertahap untuk menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses pemisahan minyak dengan air dan kotoran ini dilakukan dengan sistem pengendapan, sentrifugal, dan pemanasan/penguapan, selanjutnya CPO disimpan dalam tangki timbun (CPO storage).
c) Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam proses pemurnian minyak adalah CST (Continous Setling Tank), sludge oil tank, strainer dan pre cleaner, sludge separator, sludge separator, oil storage tank / tangki timbun, oil tank, oil purifier, vacum drier, weighing machine dan sludge oil recovery, sedangkan bahan yang digunakan adalah minyak kasar.



d) Prosedur Kerja
1. Minyak yang ditampung di crude oil tank disalurkan ke CST (continous settling tank),
2. Minyak yang berada di bagian bawah disalurkan ke sludge oil tank,
3. Minyak disentrifugasi dengan menggunakan sludge separator, lalu ditampung di tangki sementara,
4. Minyak dialirkan kembali ke CST,
5. Kotoran hasil sentrifugasi ditampung di sludge oil recovery,
6. Minyak yang berada di bagian atas dialirkan ke oil tank,
7. Minyak dimurnikan dengan menggunakan oil purifier,
8. Minyak dialirkan ke vacum drier untuk proses pengeringan,
9. Minyak ditampung di weighing mechine untuk dipompa ke oil storage tank / tangki timbun.
e) Hasil yang dicapai
Setelah dipisahkan dari daging buah, minyak kasar di saring dengan vibro energizer untuk menyaring sisa – sisa serat yang kecil, kemudian minyak kasar ditampung di cruide oil tank (tangki sementara), untuk disalurkan ke CST (Continous Setling Tank) untuk dilakukan proses pengendapan, di CST minyak kasar akan di pisahkan antara lumpur dan pasir serta kotoran – kotoran lainnya.
Minyak yang berada di bagian bawah langsung di alirkan ke sludge oil tank, untuk di lakukan proses sentrifugasi / pemisahan antara kotoran (pasir, lumpur, air) dengan minyak, dengan menggunakan alat yang bernama strainer dan pre cleaner dan selanjutnya di teruskan pada sludge separator, minyak yang dihasilkan dari sludge separator akan ditampung di tangki sementara untuk kemudian dialirkan kembali ke CST, untuk kotoran yang tersaring dikumpulkan di sludge oil recovery untuk mengutip minyak yang tersisa, minyak yang tersisa akan dijadikan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel skala pabrik.
Minyak yang berada di bagian atas dialirkan ke oil tank untuk diproses dengan menggunakan oil purifier untuk proses pemurnian minyak dan selanjutnya dilakukan proses pengeringan dengan menggunakan vacum drier. Kemudian minyak yang dihasilkan dari vacum drier ditampung menggunakan weighing machine untuk di alirkan ke oil storage tank / tangki timbun dan kemudian diangkut ke IT3M (Instalasi Tangki Timbun Tanah Merah).